LUDOQQ BandarQ | Agen BandarQ | BandarQQ | Domino 99 | DominoQQ

Situs Bandar Judi BandarQ dan Domino99 Online

LudoQQ

Friday, March 20, 2020

Turis di Italia, 'Terpenjara' di Hotel atau Berjuang Pulang

Turis di Italia, 'Terpenjara' di Hotel atau Berjuang Pulang



pokerrepublik 99 - Di alun-alun Katedral Florence yang megah tampak sepasang turis yang sedang sibuk menyeret kopernya, berkeinginan pulang ke negara asalnya demi menghindari wabah virus corona COVID-19 yang sudah menghantam industri pariwisata Italia.

"Semuanya telah tutup, kami bakal pulang," kata Jerman Alex Gross (32) ketika pacarnya dengan gugup mengecek informasi teranyar dari telepon genggamnya.

"Kecuali penerbangan kami dibatalkan."

Banyak wisatawan ramai-ramai kembali ke negara asalnya sesudah Italia mulai terkena akibat virus corona pada bulan lalu, yang sudah menewaskan 631 orang dan menginfeksi lebih dari 10 ribu orang, mayoritas yang tinggal di area utara.

Pemandangan terang masih tampak di Sisilia hingga ke Pegunungan Alpen, tetapi sejumlah wisatawan yang tersisa kini mempunyai dua pilihan: tetap sedang di hotel mereka dan mengandalkan camilan di kulkas kamar untuk santap malam atau kembali ke negara asal.

"Kami telah mengurungkan pemesanan lebih dari 90 persen, bahkan sampai Juni," kata Nicola, seorang manajer hotel di Florence.

Dari Colosseum ke Menara Pisa, pemerintah telah memblokir semua museum dan monumen, meminta restoran dan bar tutup pukul 18.00, dan mengimbau orang-orang melulu meninggalkan rumah melulu dalam suasana daruat sampai 3 April 2020.

Sangat sepi

Sejumlah maskapai menunda penerbangan ke Italia - tergolong Air France, Air Canada, Ryanair, Easyjet dan British Airways - sementara tidak sedikit negara menerapkan pembatasan perjalanan.

"Saya tidak tahu apakah kami benar-benar dapat keluar dari Milan. Sepertinya tidak terdapat yang benar-benar tahu apa yang sedang terjadi," kata Nick Manage, terlihat bingung saat dia berjalan-jalan di dekat stasiun kereta di unsur utara kota Florence.

Keramaian turis yang seringkali terlihat di Lapangan Santo Petrus di Vatikan, Spanish Steps di Roma, tepi laut Venesia, dan Pompeii sekarang lenyap.

Campo de 'Fiori di Roma, di mana saudagar pasar berteriak sepanjang hari dan turis muda berpesta semalaman, ikut senyap.

Stefano Ruggiero (48) yang mempunyai sebuah toko parfum di sekitar jembatan Ponte Vecchio di Florence, menuliskan bisnisnya sudah berjalan semenjak 1911 namun "situasi ketika ini adalahyang sangat hening yang pernah terjadi".

"Bahkan sesudah banjir tahun 1966 yang mengerikan, saat ada lumpur dan kerusakan di mana-mana, terdapat lebih tidak sedikit orang".

Wahana carousel dengan kuda-kudanya yang berlapis emas masih ada, tetapi para musisi jalanan sudah menghilang.

"Sangat sepi," katanya.

Asosiasi pengusaha perhotelan Italia, Federalberghi menuliskan pemesanan turun minimal 80 persen secara nasional, dengan kerugian diduga 2,5 miliar euro.

Dan tersebut belum tergolong kerugian dari saldo rantai pariwisata, dari transportasi ke restoran dan pusat perbelanjaan.

Sektor ini mempekerjakan selama 1 juta orang menjelang liburan Paskah, yang sekarang cemas akan kehilangan kegiatan mereka.

Pengorbanan

Pemerintah Italia sudah berjanji 7,5 miliar euro (8,5 miliar dolar AS) untuk menolong mengurangi akibat ekonomi dari krisis virus corona, dengan Kementerian Ekonomi menuliskan angka tersebut mungkin naik menjadi 10 miliar euro atau lebih.

Berkerumun di depan layar televisi, orang Italia menonton Perdana Menteri Giuseppe Conte mengatakan untuk mereka bahwa warga harus berkorban besar guna menghentikan penyebaran virus corona.

Manajer hotel Nicola menuliskan bahwa pengorbanan barangkali berarti mayoritas hotel akan darurat ditutup, "meskipun sejumlah hotel lebih banyak mungkin diminta guna tetap buka bila dibutuhkan sebagai lokasi tinggal sakit darurat".

Agostino Ferrara (52) yang empunya restoran Spada di pusat Florence yang sudah beroperasi sekitar 28 tahun, menuliskan dia sudah dipaksa untuk menanam sebagian besar stafnya pada libur paksa sebab sepinya pengunjung.

"Saya belum pernah melihat situasi yang laksana ini. Tapi sata tetap optimis, sebab kita tahu orang ingin melupakan hal-hal mengerikan," katanya.

"Harapan saya semoga anda semua sukses melewati ini, dan sejumlah minggu, sejumlah bulan kemudian, seluruh orang bakal kembali ke Italia. Dalam jumlah yang bahkan lebih banyak dari sebelumnya," lanjutnya tersenyum.