LUDOQQ BandarQ | Agen BandarQ | BandarQQ | Domino 99 | DominoQQ

Situs Bandar Judi BandarQ dan Domino99 Online

LudoQQ

Thursday, December 26, 2019

Amerika: Pemerintah Iran Bantai 1.500 Orang Akibat Demo

Amerika: Pemerintah Iran Bantai 1.500 Orang Akibat Demo

Amerika: Pemerintah Iran Bantai 1.500 Orang Akibat Demo

Sekitar 1.500 penduduk Iran diadukan tewas dampak demo anti-kenaikan BBM. Laporan tersebut menurut data-data dari orang dalam pemerintahan Iran yang turut disebarkan oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS). Presiden Iran Ali Khamenei dituding merestui pembantaian itu.

Kementerian Luar Negeri Amerika di Twitter mengutip laporan Reuters bahwa 1.500 tewas dalam dua minggu terakhir. Korban tergolong 17 remaja, selama 400 wanita, dan sejumlah anggota pasukan ketenteraman dan polisi, demikian lansiran VOA Indonesia, Selasa (14/12/2019)
Perwakilan Khusus AS guna Iran, Brian Hook, menyinggung perlunya keterlibatan masyarakat internasional untuk mengurangi Iran.  http://202.95.10.48/

"Laporan Reuters berhubungan pembataian yang diperintahkan Khamenei menggarisbawahi urgensi masyarakat internasional guna menghukum pelaku dan mengisolasi rezim yang mengakibatkan pembunuhan 1.500 penduduk Iran," ujar Hook.

Reuters menemukan data kematian sebesar 1.500 orang berkat bocoran tiga pejabat Kementerian Dalam Negeri Iran. Data kematian berasal dari pasukan keamanan sampai rumah sakit.

Jumlah korban tewas yang diadukan Reuters jauh lebih banyak dibanding jumlah korban tewas yang diadukan kelompok HAM Amnesty International pada 16 Desember lalu.

Dalam laporannya, Amnesty International menuliskan telah mendokumentasikan pembunuhan sedikitnya 304 demonstran oleh pasukan ketenteraman Iran dalam kerusuhan selama sejumlah hari, yang menjangkau puncaknya pada 15 November.

Kantor berita pemerintah Iran, Tasnim, mengutip seorang pejabat di Dewan Keamanan Nasional Tertinggi yang menuliskan laporan Reuters merujuk pada kematian 1.500 orang tersebut adalahberita palsu dan unsur perang psikologis.

“Klaim-klaim ini didasarkan pada perang psikologis yang telah direncanakan sebelumnya dan tidak cukup kredibilitasnya,” ujar Alireza Zarifian Yeganeh, menggemakan sangkalan Iran sebelumnya atas laporan-laporan Barat mengenai jumlah korban dalam sebanyak aksi demonstrasi bulan lalu.

Ratusan Bangunan Habis Dibakar Massa

Kerusuhan besar di Iran menyebabkan ratusan bangunan terbakar. Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli mengungkap, 731 bank dan 140 bangunan pemerintah dibakar dampak unjuk rasa yang terjadi.

Melansir Euronews, Rahmani Fazli berbicara sekitar 200 ribu orang tercebur dalam unjuk rasa secara nasional tersebut. Unjuk rasa dibuka sejak 15 November lalu dampak naiknya harga BBM.

Mendagri Iran yang berkata lewat kantor berita nasional IRNA menyinggung lebih dari 50 markas petugas kemanan diserang massa dan selama 70 pom bensin dibakar. Tidak dilafalkan di mana peristiwa tersebut terjadi.

Berdasarkan keterangan dari laporan Amnesty, minimal ada 143 pengunjung rasa sekitar protes yang terjadi. Protes anti-pemerintah yang terjadi di Iran dinilai sebagai yang terburuk sejak Revolusi Hijau di tahun 2009.

Pihak Amnesty International menuding pemerintah Iran menggunakan senjata api, water cannon, gas air mata, dan tongkat baton dalam memukul balik pengunjuk rasa. Foto-foto selongsong peluru yang ditemukan pun menunjukan pemakaian peluru tajam.

Meski ada sebanyak pengunjuk rasa yang beraksi agresif dengan mengerjakan pembakaran dan lempar batu, pemerintah Iran diminta supaya tetap menyangga diri supaya tidak turut melukai pengunjuk rasa lain.

"Pihak berwajib mesti menyelesaikan crackdown (serangan) yang brutal dan mematikan ini dan menunjukan respek pada kehidupan manusia," ujar Philip Luther, Direktur Penelitian dan Advokasi Amnesty Internasional di Timur Tengah dan Afrika.

Amerika Jadi Kambing Hitam

Kenaikan harga BBM ini ditampik masyarakat sebab kehidupan mereka telah sulit dampak perseteruan pemerintah Iran dan Amerika Serikat (AS). Sanksi-sanksi AS pun menyerahkan efek pada simpanan dan kegiatan rakyat Iran.

Pihak pemerintah Iran menyangkal ada ratusan orang korban jiwa dalam peristiwa protes ini. Jumlah korban jiwa melulu dibilang ada sejumlah saja, tanpa menyinggung jumlah.

Lebih lanjut, korban jiwa pun ada dari pihak keamanan, dan lebih dari 1000 orang ditahan. Namun, data-data dari Iran diragukan kumpulan HAM. Berdasarkan keterangan dari Center for Human Rights in Iran, jumlah penahanan dicurigai menjangkau 4.000 orang.

Pemerintah Iran pun menyalahkan pihak asing dalam kerusuhan ini. Tuduhan ditunjukkan pada eksil Iran di Amerika Serikat, Israel, dan Arab Saudi yang dituding menyetir kekacauan.

Negara Iran yang familiar otoriter pun tidak ragu mengerjakan pemblokiran internet pada negaranya di ketika rusuh berlangsung. Televisi, koran, dan radio yang dikendalikan pemerintah pun tak menyerahkan liputan lengkap, demikian laporan AP News.

Pemblokiran internet dibuka Iran pada 16 November kemudian dan menyulitkan peredaran informasi berhubungan kerusuhan.

Akses internet kesudahannya baru dimulai pada Sabtu, 23 November, kemudian dan masyarakat Iran baru dapat mulai mengakses situs-situs asing.

Aplikasi pesan juga kembali aktif sampai-sampai masyarakat Iran dapat menyebarkan sekian banyak  video berhubungan kerusuhan. Salah satu video di kota Shiraz menunjukan ratusan kerumunan massa diajak bubar oleh tembakan pistol pihak kepolisian.