7 Tradisi Unik dari Berbagai Negara untuk Mengenang dan Menghormati Orang Mati
Ludoqq Domino99 - Ada tidak sedikit cara dan tradisi untuk memperingati kematian orang tercinta. Setiap negara memiliki metodenya masing-masing dalam mengindikasikan rasa sayang mereka terhadap anggota family yang sudah tiada.
Walau kepergian tersebut tadinya disambut dengan rasa duka. Namun, lambat laun, kematian dirayakan dengan suka cita. Dilansir Culture Trip, inilah tujuh tradisi memperingati dan memuliakan orang mati di sekian banyak negara. Yuk, simak ulasannya.
Gaijatra (Nepal)
Gaijatra (Gai Jatra) dikenal pula sebagai Festival Sapi ialah tradisi masayarakat Nepal untuk mengenang kematian anggota keluarga. Tradisi ini seringkali dirayakan sekitar delapan hari pada Agustus dan September.
Dalam mengerjakan Gaijatra, semua keluarga yang sudah ditinggal mati oleh anggotanya bakal mengarak sapi mengarah ke pusat kota. Masyarakat setempat mempercayai bahwa mengarak sapi dapat menolong arwah anggota family yang meninggal mengarah ke kehidupan sesudah kematian.
Kini Gaijatra tak lagi sekadar tradisi, namun jadi pesta rakyat meriah. Sehingga tradisi tersebut berkembang bukan hanya untuk menolong arwah yang meninggal, tetapi pun membantu anggota family lainnya guna menerima kematian, serta mengikhlaskan kepergian orang terkasih.
Chuseok (Korea)
Chuseok diperingati sebagai di antara hari besar, baik di Korea Selatan maupun Utara. Chuseok dirayakan sebagai momen untuk menyampaikan rasa syukur dan menyerahkan penghormatan pada leluhur atas hasil panen yang baik atau tuah yang terjadi sepanjang tahun.
Pada hari Chuseok, masyarakat Korea seringkali akan mudik guna bertemu dengan family besar. Memberikan penghormatan pada orang tua dan lantas dilanjutkan dengan mencuci makam anggota family atau mendatangi tempat kremasi.
Famadihana (Madagaskar)
Di Madagaskar, masyarakat setempat mengenal suatu tradisi mempunyai nama Famadihana. Dalam Famadihana, sanak saudara dan keluarga bakal mengubah kain yang dipakai untuk mengubur mayat keluarga tersayang mereka yang sudah lebih dulu meninggal.
Perayaan yang dikenal pula sebagai tradisi membalik tulang itu seringkali diikuti dengan pesta besar dan iringan musik yang meriah. Famadihana dipercayai dapat menjaga hubungan antara orang yang hidup dan mati, sekaligus guna meminta berkah.
Dia De Los Muertos (Meksiko)
Perayaan Dia De Los Muertos atau Day of the Dead pernah diperlihatkan dalam film animasi bertema 'Coco'. Dalam perayaan ini, masyarakat Meksiko bakal mengadakan pesta rakyat dan menghias ofrenda (altar) dengan sekian banyak sajian, serta foto-foto anggota family yang sudah meninggal https://beritaludo.blogspot.com/2020/02/5-wisata-populer-di-chiang-mai-thailand.html.
Altar itu dipakai untuk memuliakan kerabat yang sudah tiada, sekaligus mempermudah jiwa-jiwa orang mati guna datang dan berkunjung. Orang Meksiko pun percaya bahwa arwah keluarga bakal ikut santap dan berpesta, sampai-sampai selama perayaan berlangsung, mereka bakal memanjatkan doa pada almarhum.
Pitru Paksha (India)
Pitru Paksha ialah sebuah tradisi Hindu untuk memperingati para leluhur. Mereka bakal melarungkan persembahan berupa makanan di sungai, berdoa, lalu santap bersama.
Berlangsung sekitar 15 hari sekitar bulan Ashwin, Pitru Paksha dipercayai dapat menolong jiwa-jiwa yang meninggal untuk menjangkau kedamaian.
Obon Matsuri (Jepang)
Festival Obon atau Obon Matsuri adalahsebuah tradisi menyambut kehadiran arwah leluhur yang kembali bareng keluarga di bumi. Masyarakat Jepang percaya bahwa terdapat satu masa-masa dalam setahun, arwah family yang sudah meninggal bakal datang mendatangi keluarga yang masih hidup.
Festival Obon dipercayai masyarakat Jepang sebagai format penghormatan terhadap orang mati, pembebasan roh, menyerahkan makanan dan mencungkil arwah dari penderitaan. Dalam Bon Odori, semua penari akan memakai kostum dan menari seraya diiringi tabuhan gendang khas Jepang.
Ari Muyang (Pulau Carey, Malaysia)
Untuk menyampaikan terima kasih pada leluhur, masyarakat Mah Meri di Pulau Carey, Malaysia, seringkali mengadakan suatu tradisi mempunyai nama Ari Muyang. Dalam perayaan itu, warga setempat bakal mengenakan kostum dan topeng yang estetis sekaligus rumit.
Mereka pun akan mengerjakan sembahyang, mengucap doa, dan meminta berkah pada nenek moyang dengan dipimpin oleh shaman.