LUDOQQ BandarQ | Agen BandarQ | BandarQQ | Domino 99 | DominoQQ

Situs Bandar Judi BandarQ dan Domino99 Online

LudoQQ

Sunday, January 19, 2020

Legitnya 'Goblok' Bikin Meleleh di Mulut

Legitnya 'Goblok' Bikin Meleleh di Mulut

Legitnya 'Goblok' Bikin Meleleh di Mulut




Hampir beberapa orang yang senang berpelesir akan tetap memasang Malang sebagai tidak benar satu target favorit. Menikmati beragam objek wisata sampai menikmati beragam sajian kuliner khas Malang. Ludoqq Domino99

Tidak sedikit makanan yang akan mengingatkan kita ke Malang begitu menikmatinya. Ada pula kuliner khas Malang bernama unik. Karena mengasosiasikan pada kata umpatan kasar. Bukan sebab namanya saja, tetapi termasuk pembuatan dan momen penyajiannya.

Bila bertanya nama kuliner ini, jangan merah telinga begitu mendengar jawabannya disampaikan bersama intonasi tinggi. Kuliner itu bernama kolak Goblok atau kolak Kluntung. Kudapan khas di Desa Poncokusumo di timur Kabupaten Malang.

Kolak Goblok merupakan kudapan turun temurun berasal dari para leluhur. Meski nama kudapan layaknya makian, tetapi menonjol rasa manisnya. Biasa dibikin dan juga disediakan pada hari-hari spesifik layaknya hari ketujuh lebaran dan 1 Suro.

“Sejak kecil saya jelas namanya ya kolak Kluntung atau kolak Goblok. Orang-orang tua kita menyebutnya begitu,” kata Choirul Anam, warga Desa Poncokusumo, beberapa pas lalu.

Bahannya terdiri berasal dari labu, parutan kelapa dan gula Aren. Cara membuatnya, kulit labu dikupas sampai bersih. Bagian atas labu dibikin berlubang, kemudian parutan kelapa dan gula aren dimasukkan sekaligus di dalamnya. Terakhir, tinggal dikukus sampai matang.

Bagi penyuka makanan manis, kudapan ini terlalu cocok untuk dinikmati. Perpaduan kelembutan labu dan parutan kelapa nan legit seolah meleleh begitu masuk mulut. Di dalam labu tersedia kuah hasil proses kukus. Menjadikan kudapan ini tidak benar satu kuliner khas Malang.

“Itu resep warisan orang tua sejak dulu. Ini sebenarnya makanan istimewa di sini,” ucap Anam.

Sajian Tradisi Rojo Koyo

Tradisi masyarakat Desa Poncokusumo, kolak ini tetap disediakan pada hari-hari istimewa. Selalu menjadi sajian mesti dibikin dan disediakan di meja rumah pada pas hari ketujuh lebaran Idul Fitri. Disantap bersama maupun disuguhkan kepada kerabat yang bertandang.

“Biasanya disediakan di meja bersama ketupat segitiga pas lebaran ketupat,” tutur Choirul Anam yang termasuk Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Poncokusumo.

Tidak hanya di lebaran Idul Fitri, kolak ini termasuk menjadi tidak benar satu sajian spesifik saat th. baru Islam 1 Muharam atau 1 Suro dalam proses kalender Jawa. Di momen ini, kolak sekaligus menjadi satu sarana ritual rasa syukur warga pada hewan ternak punya mereka.

Hewan ternak layaknya sapi dan kerbau menjadi lambang kekayaan pemiliknya dengan kata lain rojo koyo. Sebuah kolak yang telah dibuat, separuh di antaranya diberikan ke ternak mereka. Sedangkan sisanya dikonsumsi sendiri oleh pemiliknya.

Tradisi itu telah turun temurun berlangsung. Bagi warga, berbagi bersama ternak itu ungkapan rasa syukur atas anugerah kekayaan mereka. Bila Grebeg Suro, kolak dan rojo koyo dibawa ke lapangan desa bersama beragam makanan lainnya.

“Itu telah menjadi formalitas istimewa di sini. Semua yang miliki ternak tentu menerapkan formalitas itu,” ucap Anam.

Suguhan Wisatawan

Nah, saat ini kudapan manis ini dapat dibikin dan disediakan tidak hanya di dua momen istimewa tersebut. Tapi termasuk disiapkan sebagai hidangan istimewa untuk tamu – tamu yang datang berpelesir di desa.

“Kalau tersedia rombongan wisatawan dan telah menghubungi kita lebih dulu, tentu disiapkan biar dapat menikmati hidangan khas desa kami,” ujar Anam.

Kepala Desa Poncokusumo, Mochamad Irwan mengatakan, kuliner khas di desanya itu menjadi tidak benar satu potensi unggulan yang dapat dinikmati siapa saja. Tidak mesti menanti lebaran maupun Suro.

“Sudah kita tetapkan menjadi tidak benar satu product unggulan yang dapat dinikmati siapa saja yang berwisata di sini,” kata Irwan.

Pelancong yang hendak menuju kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berasal dari Malang tentu melewati Desa Poncokusumo. Sebab desa ini tidak benar satu pintu masuk bagi siapa saja yang hendak ke Gunung Bromo atau menaklukkan Mahameru.