3 Tips Melatih Anak agar Tak Gampang Cemas
Bunda sering mendapati si kecil tiba-tiba menjadi risau hingga berkeringat dingin atau nampak ketakutan? Sebagai orang tua, pasti kita kudu mendukung anak supaya tidak sering mengalami kecemasan. Ludoqq Domino99
Menurut Erin Leyba, L.C.S.W., Ph.D. penulis bukuJoy Fixes for Weary Parents: 101 Quick, Research-Based Ways to Overcome Stress and Build a Life You Love, disaat anak-anak cemas, mereka sering mengalami perlawanan, pelarian, atau respons diam (stres akut), yang merupakan reaksi fisiologis sebagai respons pada suatu hal yang mereka anggap menakutkan.
Anak-anak yang risau dapat berteriak, mengguncang, melarikan diri, jadi pendiam, bertingkah konyol, bersembunyi, atau berpegangan. Bahkan mengamuk, atau bertingkah untuk hindari lingkungan atau momen yang menyebabkan stres.
"Kadang-kadang, orang tua menyebabkan kesalahan dengan coba bernalar dengan anak-anak atau membujuk mereka nampak berasal dari kecemasan mereka, tanpa terlebih dahulu mengulas faktor fisiologis akut yang berperan," kata Leyba, dilansir Psychology Today.
Lebih lanjut kata Leyba, penelitian menunjukkan bahwa benar-benar sulit bagi anak-anak untuk berpikir dengan logika atau mengendalikan tabiat mereka sementara kecemasan itu tengah terjadi. Sebaiknya, latih mereka untuk tidak ringan cemas.
Bunda, selanjutnya ini tiga tips untuk melatih anak supaya tidak ringan cemas, dikutip berasal dari Very Well Family.
1. Bantu anak bedakan keadaan bahaya dan tidak
Bicaralah dengan anak bahwa kecemasan ditujukan untuk menjaga mereka selamanya aman. Jika mereka dikejar singa, otak mereka bakal memberi isyarat ke tubuh mereka bahwa mereka didalam bahaya. Telapak tangan mereka bisa saja berkeringat, jantung bisa saja berdetak lebih cepat, dan mereka bisa saja meraih aliran kekuatan sementara bersiap untuk mengambil alih tindakan.
Mungkin ada saat-saat otak anak mengirimkan 'alarm' palsu dan memperingatkan tubuh mereka bakal bahaya, apalagi disaat itu bukan keadaan hidup atau mati. Bantu anak untuk menjadi mengidentifikasi disaat mereka mengalami alarm nyata (situasi bahaya) versus alarm palsu (peristiwa yang bisa saja tidak nyaman, tetapi sebenarnya tidak mengancam jiwa).
Jelaskan bahwa terkecuali bahaya, mereka kudu mengambil alih tindakan untuk menjaga diri selamanya aman, seperti menolak untuk terima tantangan yang berbahaya. Tetapi terkecuali itu tidak berbahaya, mereka kudu dapat menghadapi kecemasan mereka.
Ketika mereka cemas, Bunda dapat tanyakan, "Apakah otak memberi 'alarm' nyata atau palsu?" Lalu, bantu mereka mengambil keputusan tindakan apa yang kudu diambil.
2. Kumpulkan bukti
Ketika anak menyatakan hal-hal seperti 'khawatir tidak memiliki kawan untuk duduk dengan sementara makan siang', atau 'khawatir salah didalam menjawab tes matematika', bekerja mirip dengannya untuk menyatukan bukti. Jelaskan bahwa pikiran itu tidak selamanya benar, dan bahwa kecemasan bisa saja memprediksi suatu hal yang tidak bisa saja benar-benar terjadi.
Dorong anak untuk jadi seperti seorang detektif yang menyatukan petunjuk untuk menilai bukti di balik pemikirannya yang gelisah. Misalnya, terkecuali mereka menyatakan bakal gagal didalam tes matematika, tanyakan, "Apa buktinya?"
Kemudian, tuliskan bukti yang mendukung prediksi negatif seperti gagal didalam tes sebelumnya. Lalu, kumpulkan pula bukti yang menguatkan prediksi itu tidak benar. Misalnya, mereka lulus tes terakhir, udah banyak mengerjakan PR, dan udah berupaya maksimal didalam belajar.
Tuliskan bukti dan bahas bersama. Bantu menunjukkan pada anak bahwa pikiran risau tidak ditakdirkan untuk terjadi. Selain itu, ajari anak untuk menyatukan bukti sendiri, supaya mereka dapat melakukannya disaat kita tidak ada di sana untuk mendukung mereka.
3. Ajarkan cara menenangkan tubuh
Jika anak sering mengalami tanda-tanda kecemasan fisik, seperti detak jantung berdetak kencang atau otot-otot tegang, ajari mereka cara menenangkan tubuh. Melatih bernapas didalam dapat jadi cara untuk menenangkan tubuh.
Cara yang baik dan unik untuk mengajari anak-anak menyesuaikan pernapasan adalah dengan memberi mengetahui mereka untuk mencium aroma pizza atau aroma makanan yang mereka suka. Mereka dapat berpura-pura bakal makan sepotong pizza, sesudah itu ambil napas dalam-dalam melalui hidung untuk menghirup aroma pizza. Setelahnya mereka dapat mengembuskannya seperti meniup pizza supaya dingin.
Latihan menarik napas dan menghembuskan napas ini kudu dilakukan teratur supaya anak terbiasa. Jadi disaat mereka menjadi risau dan kita tidak ada di sekitarnya, mereka mengetahui kudu bagaimana untuk menenangkan tubuhnya.