Kala Orgasme Tidak Selalu Menyenangkan
![source: imgur.com](https://i.imgur.com/xb35oDW.jpg)
http://68.183.232.134/ Orgasme tidak tidak jarang kali menyenangkan untuk setiap individu. Berhubungan seks yang mengarah pada orgasme dapat memberikan empiris yang buruk.
Temuan tersebut dari hasil studi yang ditulis psikolog Sara B Chadwick di University of Michigan dan timnya. Para peneliti tertarik menggali tahu, apakah orgasme yang "buruk" dapat dirasakan individu
Tampaknya terdapat asumsi yang tersebar luas bahwa orgasme sekitar hubungan seksual tidak jarang kali positif. Tetapi riset tidak pernah mengeksplorasi bisa jadi bahwa mereka mungkin menyerahkan pengalaman yang negatif atau buruk dalam kondisi-kondisi tertentu," jelas Sara, dilansir dari Big Think, Selasa (22/10/2019).
Studi orgasme itu berjudul When Orgasms Do Not Equal Pleasure: Accounts of “Bad” Orgasm Experiences During Consensual Sexual Encounters, yang dipublikasikan di Archives of Sexual Behavior pada 11 September 2019. Selama penelitian, 726 partisipan direkrut melewati iklan daring.
Para peneliti menyaksikan pengalaman orgasme sekitar hubungan seks secara paksa, suka sama suka namun tidak diinginkan, serta bercinta dalam suasana tertekan untuk menjangkau orgasme. Dari 726 partisipan, 289 di antaranya menyerahkan respons adanya empiris orgasme yang buruk.
Orgasme Belum Tentu Disukai
Sara berbagi informasi, orang jangan berasumsi, melulu karena pasangan mereka menjangkau orgasme, maka mereka mempunyai pengalaman yang menyenangkan.
"Seseorang yang merasakan orgasme sekitar seks yang tidak diharapkan menandakan orgasme bukan berarti mereka menyukainya," lanjutnya.
Psikolog Rutgers, Barry Komisaruk menjelaskan, bagaimana seks selesai menjadi orgasme dengan empiris buruk. Partisipan mengungkapkan, perasaan ditekan sampai mengalami orgasme semata-mata demi mengasyikkan pasangan.
Kondisi tersebut tidak menciptakan mereka bahagia sampai mengalami pelepasan emosi, baik putus asa dan perasaan dikhianati oleh tubuh sendiri (karena mesti pura-pura terpuaskan).
Pencapaian Maskulinitas
Beberapa lelaki memandang, orgasme yang dirasakan pasangan mereka sebagai format pencapaian maskulinitas. Ini mengakibatkan wanita merasa butuh orgasme guna meredakan ego pasangan pria.
Di sisi lain, orgasme yang buruk dalam sejumlah kasus menghasilkan laporan yang lebih baik, terutama sehubungan dengan komunikasi antara pasangan.
Untuk bersangkutan seks yang baik, urgen memerhatikan tidak melulu kebutuhan pasangan mereka, tetapi pun isyarat yang tidak terucapkan, laksana komunikasi dan gerak tubuh nonverbal. Pasangan dapat siap menuntaskan hubungan seksual, bahkan bila tersebut tidak menghasilkan orgasme.
Mendorong seseorang bersangkutan seks atau melanjutkannya saat mereka tidak mau dapat mengarah pada perasaan paksaan dan diabaikan.
"Orang-orang dapat merasakan orgasme sekitar seks yang tidak diinginkan, seks yang rumit atau melulu seks biasa-biasa saja/membosankan. Orgasme tidak secara otomatis menciptakan seks menjadi hebat," ujar Sara.