DOMINO99 - Cara Muzdalifah Minta Izin ke Anak-anaknya Menikah lagi
berencana menikah untuk keempat kalinya. Sebelum melangkah ke pelaminan, Muzdalifah benar-benar memikirkan anak-anaknya.
Dia ingin anak-anaknya mengenal dan melihat dulu calon suaminya, Fadel Islami. Begitu pula dengan Fadel, yang berusaha melakukan pendekatan layaknya seorang ayah pada anaknya.
“Sebelumnya, anak-anak melihat dulu calon bapaknya. Lalu, diberi tahu (tentang pernikahan), saya sebagai ibu dan (Fadel) calon bapak kan harus bisa menyikapi anak-anak seperti apa,” ujar Muzdalifah dikutip dari InsertLive
Diungkap Fadel, usia yang masih muda membuatnya lebih mudah memahami anak-anak Musdalifah yang beranjak dewasa. Setelah beberapa kali bertemu anak-anak Musdalifah, mereka jadi kompak. Fadel juga sosok yang kebapakan sehingga sangat dekat dengan anak-anak Muzdalifah.
“Selama ini anak sama-sama kompak, saling menghormat. Anak-anak manggil Fadel ‘Om’, karena kan kata mereka ‘Mama kan belum ini (menikah) jadi kan manggilnya masih om,” kata Muzdalifah.
Terpaut 15 tahun, Fadel dan Muzdalifah belajar menerima kekurangan masing-masing. Muzdalifah juga berharap mudah-mudahan pernikahannya lancar.
“Minta doanya aja. Saya orangnya enggak mau berisik, nanti juga pada tahu kalau saya menikah,” ujar Muzdalifah.
Cara Muzdalifah Minta Izin ke Anak-anaknya Saat Ingin Menikah Lagi
Nah, bicara soal menjelaskan pada anak-anak tentang rencana orang tua menikah lagi setelah bercerai, psikolog perkawinan dan keluarga di Klinik Rumah Hati, Wulan Ayu Ramadhani mengatakan, untuk memberi tahu pada anak kalau mau menikah kembali, tidak perlu terburu-buru menyampaikan rencana itu. Sebaiknya, gunakan kata ‘teman’ untuk memperkenalkan pasangan.
, menurut Wulan menggunakan istilah ‘ayah baru’ bisa menakutkan bagi anak. Jika anak awalnya menolak, anggap saja ini sebagai proses menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru.
“Dekat dengan orang yang baru tentu saja membutuhkan waktu, sama seperti kita membutuhkan waktu untuk dekat dengan pasangan baru, yang bisa dilakukan dengan berulangkali jalan atau melakukan kegiatan bersama,” tutur Wulan.
Nantinya bisa ditanyakan perasaan dan pikiran anak mengenai ‘teman’ bunda, dan bagaimana perasaan ia terhadap bunda. Terkadang, masalah bukan terletak pada ‘teman’ bunda, tetapi bisa juga bagaimana bunda bersikap terhadap anak setelah bunda memiliki ‘teman’ baru. Terkadang juga, lanjut Wulan, dalam menghadapi pernikahan yang baru, anak-anak merasa diharuskan untuk memilih antara ayah kandungnya dan (calon) ayahnya.
“Dekat dengan pasangan yang baru bisa dianggap sebagai ‘pengkhianatan’ terhadap ayahnya, apalagi anak sangat dekat dengan ayahnya,” ujar Wulan.
Agar hal itu tidak terjadi, Bunda, bisa mencobanya pelan-pelan ya! Penting juga untuk mempertemukan anak dengan calon pasangan di luar rumah. Sambil di temani orang-orang lainnya. Sehingga anak tidak merasa canggung dan menolak calon ‘temen’ baru ibunya.